Sebuah perjalanan karya Sarah Bneiismael

Ingin ku matikan suara hatiku
Ingin kubakar semua catatan hatiku
Ingin ku kubur semua mimpi mimpiku
Karena kini semuanya telah menjadi sia sia

Saat kecil, aku sudah menjadi dewasa
Oleh sebab pilu yang kian hari ada saja menimpa.
Memang bukan aku sasarannya
Tapi ibuku...

Setelah ayah  tiada, tiba tiba ibuku harus menjalani dua peran dalam hidupnya.
Sebagai Ibu yang mendidik sekaligus ayah yang tangguh.

Dia pernah bercerita dengan teman saat aku disebelahnya...
Katanya...
Hujan hari itu seperti biji jagung yang bergiliran menimpa punggung, sedangkan tanah berlumpur begitu dingin...
Tapi, semua sakit itu hilang. begitu uang diterima sebagai upah, lalu dia belikan buku untuk anaknya.

Ada saja kisah pilu yang dia sampaikan secara tidak langsung,..
Kadang kadang aku mendengarkan doanya setelah ibadah...
Kadang kadang aku melihatnya menangis sambil pura pura tidur.
Aku juga pernah mendengar 1 kata yang menusuk.

Katanya..
"Nak, maaf ibu tidak bisa menafkahimu seperti teman temanmu yang lain, ibu sudah berusaha"
Saat itu, mungkin aku masih kelas 3 SD.
Aku menanggapinya hanya dengan menangis.
Karena aku sangat tau seberapa beratnya beban yang dia tanggung.

Sejak itu, Aku ingin menolongnya menghadapi penderitaan.
Aku ingin membantunya melewati dunia yang kejam.
Miskin itu jahat,..
Bahkan seorang ibu yang berjuang keras masih harus rela tidak makan hanya demi mengalah pada anak anaknya...
Dia memastikan anaknya tidak kelaparan sebelum menikmati hasil kerja kerasnya sendiri.

Bukan sekedar ibu rumah tangga biasa...
Bukan sekedar menyapu, mencuci baju, dan melakukan pekerjaan rumah.
Dia jg masih harus bekerja...
Bahkan pernah, atap rumah kami bocor...
Dan dia membetulkannya sendiri.
Ya... Ibu kami menjadi perkasa karena keadaan.

Ibuku sudah tua,..
Terlebih dia tidak pernah mengurus dirinya,..
Jadi aku sebagai anak terakhir
Tidak punya banyak waktu...
Setidaknya, aku berharap aku bisa menyenangkan hatinya
Sambil berharap umurnya panjang..
Dia melihat aku sukses dan dia tinggal bersantai dihari tuanya...

Bahagianya menjadi tujuanku...
Namun, sungguh nasip malang begitu mencintainya...
Kakak kakakku tumbuh menjadi karakter tidak perduli, oleh sebab tidak siap menerima kenyataan begitu ayah tiada...

Sedangkan aku, bertahun tahun bersembunyi di sebuah kota...
Hanya karena merasa bersalah, dan tidak sanggup menghadapi ibuku,...
Aku terlalu mengecewakannya.

Tiap kali ibuku telpon...
Dia selalu pura pura bahagia...
Meski ditengah obrolan selau menangis karena rindu.

Aku malah baru pulang saat mendengarnya sakit...
Begitu aku tiba...
Rupanya... Ibuku sakaratul maut..
Ditengah nafas yang Ter enggah ..
Dia masih saja bertanya...
"Nak. Apa kamu bahagia?"
Lalu malaikat menarik rohnya Hinga meregang nyawa
Tuhan telah memanggilnya...

Saat itu...
Aku gagal dalam segala hal...
Sejujurnya aku bingung bagaimana caranya aku hidup...
Namun...
Aku tidak ingin melihat ibu gagal mendidik anak, makanya aku berjuang lagi meski tanpa arah...
Aku harus bisa..
Demi ibuku...

😩
Sarah..
Ditulis 14: Agustus 2021
Pukul 23:30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alif Lam Mim Karya : Emha Jayabrata*

Puisi Bungsu Karya Khoirul Triann

Tubir karya Zhafir akalanka