Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Ketika tsunami itu datang, karya Hanafi

Gambar
Dikirim oleh Icha Hago id: 1003811139

Mengertilah, Karya Wawan

ketika kau menghilang tanpa sebab hatiku, disesaki ribuan pertanyaan aku, masih tak mengerti dengan semua itu mungkin, saat itu, kau sedang merajut cinta yg lain, atau justru, sedang mwncari replika-replika cinta, yang belum kau lupakan di masa lalu hanya saja, hatiku masih belum mampu untuk meninggalkanmu semanis apapun berpamitan, perpisahan tetaplah menyakitkan penting tidaknya aku dihidupmu, aku hanya berusaha untuk selalu ada sekarang aku mengerti, bahwa, cukup sewajarnya saja karna, yang hadir, belum tentu menjadi takdir dan sekarang, prinsipku, tidak akan memaksa seseorang untuk mengerti diriku, jika dia benar-benar peduli, maka dia akan mengerti hanya karna aku tidak mengirimu pesan bukan berarti, aku tidak memikirkan dan merindukanmu aku, hanya menunggu kau merindukanku juga dan kamu berkata, "tunggulah, sampai hatiku pulih" aku bisa saja menunggu, 1 sampai 2 tahun,  bahkan bisa lebih tapi, apakah kamu memastikan, bahwa, penantianku tidak sia-sia? jika nanti, ada ses...

Alif Lam Mim Karya : Emha Jayabrata*

Alif, Lam, Mim Dia datang mengetuk - ngetuk hatiku Jutaan kode dan milyaran aksara cinta Bertamu lewat hujan, lewat angin, lewat ombak, lewat gunung, lewat kaya lewat miskin, lewat susah lewat senang, lewat Qur'an-Nya Lewat nenek renta yang terlunta di penjara karna mencuri kayu milik orang kaya Lewat ibu tak berdaya yang mencuri mentega untuk gizi anak - anaknya Lewat sembahyang yang lupa raka'at teringat banyak harta yang segera harus di sikat Oooooohh,, Betapa dunia ini makin seksi saja! Makin menggairahkan saja! Dari yang najis sampai yang agamis, bisa kepeleset dan terhina Hingga aku lupa, Ada Alif di dedaunan yang tak mampu ku eja Ada Lam di desir samudera tak mampu ku cerna Ada Mim di aliran telaga tak mampu ku rasa Almanak tanpa gerak, takbir! sebatas di bibir Alif, Lam, Mim Engkau yang tak merobek perut kami saat makan - makanan yang bukan hak Engkau yang tak merobek mulut kami saat berkata - kata yang bukan hak Engkau yang mencongkel bola mata kami saat menikmati pema...

Lagu Seorang Gerilya Karya: W.S. Rendra

Engkau melayang jauh, kekasihku. Engkau mandi cahaya matahari. Aku di sini memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka. Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu, engkau berkudung selendang katun di kepalamu. Engkau menjadi suatu keindahan, sementara dari jauh resimen tank penindas terdengar menderu. Malam bermandi  cahaya matahari, kehijauan menyelimuti medan perang yang membara. Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku, engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu Peluruku habis dan darah muncrat dari dadaku. Maka  di saat seperti itu kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan bersama kakek-kakekku yang telah gugur di dalam berjuang membela rakyat jelata Jakarta, 2 september 1977 ____ Dikirim oleh Icha Hago id: 1003811139

Harga matiku karya Zhafir K. Akalanka

Ibu, Bolehkah aku tahu? Terbuat dari apa hatimu itu? Yang selalu ditusuk pilu namun masih saja mendekap haru. Ibu, Tolong beritahu aku, Seberapa banyak air matamu? Yang selalu ikhlas diperas sendu hanya untuk do'a yang kian menghidupi pembuluh darahku. Saat kutemukan sedih di wajahmu, Saat kutemukan retak pada permukaan hatimu Saat itu pula kau tersenyum mengubah resahku menjadi tanya yang kian membatu: Apa kau itu benar-benar seorang penipu? Bila kau sedang tertawa, Bila kau sedang ceria, Bila kau sedang bahagia, Apa kau sedang berpura-pura? Kau terus memberiku cinta saat dirimu kupenuhi luka Kau tetap menuntunku mesra saat janjiku selalu saja berujung dusta Tapi mengapa kau masih saja percaya dan percaya membuat tanda tanya besar akhirnya menjulang di atas kepala: Sayapmu kau sembunyikan dimana? Dekatkan wajahmu, Ibu. Eratkan pelukmu, Purnamaku. Kecup aku, Malaikatku. Sabab di sudut sana, bahkan setan pun tahu: kaulah segalaku. Aku tahu renta tubuhmu kian menjadi. Aku tahu rapuh ...

Tubir karya Zhafir akalanka

Aku tak butuh diksi kali ini  Angkara dalam diriku mengambil kendali Setiap kalimat akan mewujud api Maka sebaiknya kau mempersiapkan diri Apakah telingamu masih berfungsi Sebab aku tak kan mengulangnya kedua kali Kau boleh saja ketakutan dan lari  Tapi kau tak kan pernah bisa untuk bersembunyi Darah mengalir lagi ,seperti mata air yang menghiasi pagi  Seperti longsoran tubir yang runtuh membentur bumi Atau cukup seperti aku yang berakhir terurai tak berarti di ujung kisah ini  Aku tertekuk diantara puing-puing kehancuran  Mencari kesadaran di setiap lengkingan jeritan yang selalu ku tutupi keceriaan,memeluk bayangan,mengutuk kenyataan,merangkai harapan,merajut keyakinan,menunggu keajaiban,memalsukan senyuman,atau memangku mesra setiap kesakitan yang kemudian kau sambut dengan secarik undangan pernikahan Tunggu,ijinkan aku bernapas untuk batin yang terhempas,hati yang terkupas ,realita yang amat pedas,luka yang membekas,ruh yang nyaris terlepas,atau akal yang se...

IBU KARYA NURUL AISYAH

Seutas asa sejuta rindu Pada sosok bidadari samudera raya Yang setia menantiku dipintu kalbu Tak berfikir, betapa lelahnya menahan pilu Aku pernah terjungkal dalam lubang kotor Bermandi lumpur dan tubuhku amis berbau Dia datang membawa sayang Aku bertanya, mengapa Senyumnya berkata, karena aku ibumu Aku juga pernah terjerembab sisa asa Menangis saat malam Dia datang mengusap ubun2 kepalaku Kataku sama, karena apa "karena aku ibumu" Malam ini aku ingin melihat tanganmu Ah, bertambah kiranya keriputmu Aku ingin membelai rambutmu Aduhai bertambah kiranya ubanmu Aku ingin mencium wajahmu Piluku melihat kerut lelah diwajahmu Akhirnya aku ingin juaa memelukmu Terasa nafas rentamu bidadariku Mengapa tak kuingat kemaren Kau panik mendatangi satu pintu ke pintu lain Menggadai rasa malu dengan berhutang Agar terselesaikan uang sekolahku Kenpa aku lupakan waktu Tika dekil kakimu terseok diantara debu Menjunjung beban berat dipundakmu Menjual hasil ladang pekarangan kita Agar aku tak lap...